Suatu ketika dalam sebuah lingkaran beraroma surga, seorang sahabat curhat tentang kondisi rumah tangganya yang sudah berada di gerbang perpisahan. Secara ekonomi mereka adalah keluarga yang sangat mapan. Usia pernikahan pun boleh dibilang tidak lagi muda. Anak-anak mereka sudah beranjak remaja. Rasanya sudah tidak sedikit waktu yang dijalani bersama menyelami berbagai perbedaan yang ada. Namun ternyata, usia pernikahan, kemapanan materi tidak menjamin pernikahan akan selalu langgeng.
Sumber: Dokpri

Sementara saya di sini, sebagai perempuan single yang belum menapaki kehidupan berumah tangga.Tidak jarang mendengar berbagai permasalahan rumah tangga para sahabat yang sudah lebih dahulu menjalani biduknya. Sedikit banyak hal tersebut menjadi pengingat tersendiri bagi saya bahwa kehidupan berumah tangga tidak selalu dihiasi dengan romantisme dan keindahan semata. Ada begitu banyak problem yang akan muncul disebabkan perbedaan karakter, cara berpikir dan keinginan yang mungkin ada. Bagaimana menyikapi semua itu? Tentunya dibutuhkan seni, ilmu dan kelapangan hati dari kedua belah pihak. Kuncinya terus belajar dan berproses menjadi lebih baik.


Sebagai perempuan single, tentu saja saya juga punya mimpi untuk membina rumah tangga yang sakinah bersama pasangan. Perempuan mana sih yang tidak mau menikah? Hmm..sebuah pertanyaan yang tidak perlu dijawab.

Sekalipun hingga detik ini saya belum mampu mengintip takdir Allah untuk akhir penantian ini. Namun, yang saya tau saya hanya perlu terus berbenah. Mempersiapkan diri menghadapi berbagai perbedaan dalam pernikahan kelak. Saya harus mempersiapkan mental dan ilmu yang mumpuni. 
Baca Juga: Menjejali Anak SD dengan Les Tambahan?

Belajar banyak dari kisah perjalanan pernikahan para sahabat dan orang-orang lain yang saya temui dalam kehidupan ini. Mengambil hikmah dari semua sisi baik dan buruk kisah hidup mereka adalah cara saya untuk membekali diri agar siap menghadapi berbagai kemungkinan yang akan di hadapi saat berumah tangga kelak.

Ada sebuah quote yang cukup menarik perhatian saya ketika membaca berbagai artikel di media daring;

Pasangan terbaik adalah yang tidak selalu sepakat denganmu, yang selalu menantang cara berpikirmu, dan membawamu ke pemahaman yang lebih dalam.” (Bernard Batubara)

Siapapun pasangan yang ditakdirkan untuk kita, dia adalah sosok yang memiliki karakter dan cara pandang yang berbeda dengan kita dalam banyak hal. Satu hal yang berusaha untuk saya pahami adalah bahwa perbedaan dalam pernikahan adalah anugerah. Perbedaan itulah yang menantang kita untuk terus berproses dan tumbuh bersama pasangan menjadi lebi baik dari waktu ke waktu.

Baca Juga: Agar Spirit Ramadhan Tetap Membekas

Sebagaimana pesan Bernard Batubara dalam quote-nya di atas, pasangan terbaik bukanlah dia yang selalu sepakat dengan pemikiran kita. Melainkan dia yang tidak selalu sepakat dengan kita. Dia yang selalu menantang cara berpikir kita, membimbing kita pada pemahaman baru yang lebih dalam.

Bayangkan andai kita selalu sepakat dengan pasangan, lalu di mana kesempatan untuk belajar menyelami pemikiran yang berbeda?


Note:
Tulisan ini merupakan tanggapan dari tulisan Mak Anis Khoir di web KEB berjudul Menyikapi Perbedaan dalam Pernikahan. dalam program Collaborative Blogging KEBdari Group Mira Lesmana


2 Comments

  1. Betul juga ya...kalau kita selalu sepakat dengan pasangan, kapan kita akan belajar dan mengasah cara berpikir kita. Pengingat untuk saya juga.

    ReplyDelete
  2. Setuju, Perbedaan itu adalah anugerah. Bahkan bisa membuat hidup lebih berwarna. Termasuk berbeda dengan pasangan. Selama Perbedaannya bukan Hal negatif, tidak masalah. :)

    ReplyDelete

Tinggalkan Komen Ya!