Spirit Ramadhan - Gema takbir syawal mengalun dengan meriah, bergema dari berbagai penjuru. Dari masjid, mushola, jalan-jalan, televisi hingga rumah-rumah penduduk saling bersahutan. Sepanjang malam semua bergembira meninggikan asma Allah. Larut dengan rasa syukur akan kemenangan hari raya Idul Fitri.
spirit ramadhan
Sumber Gambar: pixabay.com

Namun, di sudut hati terdalam ada rasa sedih yang amat sangat. Rasa kehilangan akan momen-momen yang hanya bisa ditemui saat Ramadhan. Rasa kehilangan akan atmosfer Ramadhan yang sulit ditemui di bulan-bulan lain. Dan bagi seorang muslim, berlalunya Ramadhan berarti berlalu juga begitu banyak rahmat dan peluang ampunan yang terbentang sepanjang bulan itu.
 Baca Juga: 30 Hari Menjemput Cinta
Sejatinya Ramadhan tidak kemana-mana. Bilangan hari di bulan Ramadhan benar sudah genap 30 hari dan bilangan bulan sudah berganti. Ramadhan berlalu, sekarang berganti dengan bulan Syawal yang bermakna peningkatan. Namun, semangat Ramadhannya sendiri tidak pernah kemana-mana. Ramadhan akan menetap di hati mereka yang terus memperbaharui iman dan senantiasa beramal sholeh. Pada merekalah Ramadhan menetap. Hati mereka dipenuhi oleh semangat Ramadhan dan gerak langkah mereka memancarkan aura Ramadhan. Pada merekalah spirit Ramadhan tetap membekas.

Merawat Spirit Ramadhan
 
Tiga puluh hari ditempa dengan beragam aktivitas ibadah dan amal sholeh, siang dan malam. Lalu, ketika Ramadhan berlalu, bagaimana dengan semangat ibadan dan amal sholeh kita? Adakah ia masih membekas? Ataukah spirit Ramadhan itu ikut berlalu bersama bilangan bulan?
spirit ramadhan
Sumber Gambar: pixabay.com
Indikator keberhasilan Ramadhan adalah ketika kultur Ramadhan itu membekas dalam kehidupan sehari-hari kita di luar Ramadhan. Apa saja kultur yang tercipta selama Ramadhan? Salah satunya adalah kultur kebaikan dan amal sholeh yang terlihat nyata. Ibadah badan dan ibadah harta menghiasi hari-hari kita selama Ramadhan. Siang hari yang dilalui dengan puasa, tilawah, sedekah, dan amal kebaikan lainnya dengan ringan. Malam hari pun dihiasi dengan sholat malam yang dilakukan dengan penuh keceriaan dan kebersamaan di rumah-rumah ibadah. Nah, ketika ramadhan berlalu adakah kultur tersebut masih menghiasi hari-hari kita?
 
Jika masih, selamat! Berarti kita termasuk orang-orang yang tetap menyimpan Ramadhan di hati. Karena sejatinya bukan Ramadhan yang pergi, tapi kitalah yang berpaling dari kultur Ramadhan. Sehingga, spirit Ramadhan tidak lagi membekas pada diri.

Baca Juga : 3 Kebiasaan Ini Ampuh Menurunkan Tagihan Listrik Bulanan
Nah, agar spirit Ramadhan tetap membekas berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertahankan dalam keseharian kita:
 
1. Perbanyak istigfar
Beristighfar merupakan bentuk pengakuan manusia sebagai mahluk yang tidak pernah lepas dari dosa. Setiap hari terbuka lebar peluang berbuat salah yang akan menggelincirkan kita pada kubangan dosa. Rasul Saw mengajarkan kita untuk memperbanyak istighfar dalam segala waktu dan kesempatan. Istighfar yang dilakukan dengan sepenuh kesadaran menjadi salah satu asbab Allah yang Maha pengampun mengampuni semua dosa dan kesalahan yang kita lakukan. Lebarnya peluang dosa di hadapan kita, jauh lebih lebar peluang ampunan yang Allah hamparkan untuk hamba-hamba-Nya. So, jangan berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah.
Perbanyaklah istighfar di mana pun dan kapan pun kita berada. Sebagai bentuk pengakuan atas dosa dan pengharapan kita akan ampunan Allah Swt.
 
2. Melanggengkan puasa sunnah
Berpuasa merupakan kultur khas yang kita bangun selama Ramadhan. Satu bulan penuh kita melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu dengan penuh keimanan. Kebiasaan tersebut hendaknya tidak berlalu begitu saja dengan berakhirnya Ramadhan. Alangkah baiknya jika kebiasaan baik tersebut terus dillanggengkan dengan menjalankan puasa sunnah di bulan-bulan lainnya.
 
3. Melanjutkan tilawah harian
Selama Ramadhan kita begitu bersemangat tilawah Al quran. Ada tradisi tadarus di rumah-rumah ibadah menjadi penyemangat kita untuk tilawah Al quran. Ada juga komunitas one day one juz yang saling menyemangati untuk menyelesaikan khataman Al quran minimal satu juz per hari. Nah, tradisi tilawah harian ini jangan sampai tertinggal di bulan Ramadha saja. Tradisi ini harus dilanjutkan di bulan-bulan lainnya, baik secara mandiri ataupun bersama.
 
4. Merutinkan infak dan sedekah harian
Ramadhan merupakan bulan di mana ummat islam menjadi begitu Ramadhan. Peluang berbagi terbuka di mana-mana. Setiap hari kita dimotivasi untuk memberi makan orang yang berbuka. Kebiasaan ini pun seharusnya kita rutinkan di hari-hari lain di luar ramadhan. Jadikan sedekah dan infak harian menjadi salah satu sunnah rasul yang mengisi hari-hari kita. Yuk diawali dengan membiasakan sedekah subuh. Insha Allah pada postingan lain saya akan berbagi tentangan keutamaan dan tata cara sedekah subuh.
 
5. Melanggengkan sholat malam
Salah satu keindahan malam-malam Ramadhan adalah ketika menyaksikan malam-malamnya yang selalu dihidupkan dengan ibadah. Shalat tarawih yang dilakukan berjamaah di rumah ibadah membuat nuansa ketaatan itu begitu terasa. Di luar Ramadhan tentunya kebiasaan itu sulit ditemukan, namun bukan berarti tidak bisa diciptakan. Kita bisa menjaga kultur ibadah malam tersebut dengan melanggengkannya dalam keseharian masing-masing. Dimulai dari diri dan keluarga masing-masing. Jadikan malam-malam kita indah dengan nuansa ibadah dan ketaatan yang kental. Agar spirit Ramadhan tetap menghiasi hari-hari kita.

Ramadhan Memang Berlalu, Namun Tidak dengan Spiritnya
 
Ya, bilangan bulan Ramadhan memang telah berlalu. Namun, spiritnya jangan biarkan berlalu. Spirit kebaikan dan amal sholeh yang telah terbangun dan menjadi kultur selama Ramadhan harus tetap dipertahankan. Inilah mengapa di awal diawal saya tuliskan bahwa sejatinya Ramadhan tidak kemana-mana. Spiritnya akan menetap di hati mereka yang tetap menjaganya dengan kultur yang sudah terbangun selama Ramadhan. Apakah itu di hatimu, hati saya, hati mereka?
 
Tidak perlu dijawab, karena pertanyaan ini tidak untuk dijawab tapi dirasakan. Dan kita semua berharap dan berikhtiar agar spirit Ramadhan itu menetap dan tumbuh subur di hati-hati kita.

2 Comments

  1. Terima kasih sudah diingatkan, Mbak.
    Alhamdulillah, saya juga sedang menulis tentang puasa Syawal. Hehe...
    Btw, saya sudah follow blog Mbak Neti, ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siip, sama2. terimakasih sdh mampir dan follow.

      Delete

Tinggalkan Komen Ya!